Senin, 15 November 2010

PERJALANAN CINTA SEORANG REPORTER

Aku adalah seorang reporter TV Elang. Aku adalah wanita cerdas, tangguh dan menyukai tantangan. Aku bernama Merrycha Prudence. Prue adalah nama sapaanku. Hari-hariku di TV Elang kulalui penuh semangat dan tantangan bersama teman-temen sekerjaku dan seorang pria yang sangat aku cintai. Dia adalah Robert Bulananto. Aku sangat mencintainya sejak pertama kali aku bertemu dengan dirinya. Dia tidak pernah tahu kalau aku sangat mencintainya. Aku tak pernah menyatakan perasaanku kepadanya. Karena aku malu. Aku seorang wanita. Tak mungkin aku menyatakan perasaanku lebih dulu daripada dia. Aku sangat menyukai Robert karena dia adalah seorang reporter juga, pintar, seiman denganku, tampan, dermawan, rajin beribadah, pokoknya kriteria pria idamanku semuanya ada pada dirinya. Sejauh ini kami hanya bersahabat. Dia selalu menolongku disaat aku membutuhkan sesuatu. Dia juga adalah seorang teman curhat yang baik.
Suatu hari, Robert mengajakku makan siang di kantin Metro TV dengan pemandangan taman yang indah. Dia mengajakku makan siang bersama karena ada hal yang ingin dibicarakan. “Prue, aku ingin curhat tentang sesuatu. Boleh nggak?” Tanya Robert. “Tentu saja. Ingin curhat tentang apa?” Tanyaku kembali padanya. “Tentang…hmmm…bagaimana ya? Tentang urusan percintaan. Hehehe.” Jawab Robert. Aku terdiam sejenak. Hatiku tersentak kaget. Rasanya aku ingin berteriak dan menangis. Robert yang aku cintai ternyata sudah memiliki kekasih. Dan kekasihnya adalah bukan diriku. “Hey! Kenapa kaget begitu? Kamu kenapa Prue?” Tanya Robert dengan wajah penasaran dan bingung. “Eh..Tidak apa-apa. Hehehe. Selamat ya! Kamu punya pacar juga akhirnya. Hehehe.” Kataku. “Aku belum punya pacar, Prue. Aku belum menyatakan cinta kepadanya. Aku bingung. Bagaimana caranya aku mengungkapkan perasaan ini kepada dirinya? Hmm.” Kata Robert. “Datang saja ke kantornya lalu berikan dia bunga dan cokelat lalu katakan padanya kalau kamu sangat mencintainya.” Kataku. “Dia satu kantor dengan kita. Itu biasa caranya. Kira-kira ada cara yang lebih romantis lagi nggak?” Tanya Robert. “Oh! Satu kantor? Siapa dia? Hmm aku nggak ada ide lagi Bet. Maaf ya.” Jawabku. Jantungku rasanya ingin berhenti berdetak saat mengetahui kalau dia mencintai teman sekantor. Aku bisa-bisa tidak bisa fokus bekerja kalau setiap hari melihat dia bergandengan tangan dengan temanku sendiri. Bisa-bisa aku menangis setiap hari. “Itu hmm itu..dia itu..hmm Rahasia!!” Kata Robert. “Hahaha okay. Robert, aku pergi meliput dulu ya. Aku baru saja mendapat sms dari koodinator liputan.” Kataku. “Oh begitu. Baiklah. Hati-hati Prue. Terima kasih ya, sudah mau menemaniku makan siang.” Kata Robert sambil tersenyum hangat. Lalu aku membalasnya juga dengan senyuman.
Aku langsung bergegas pergi meliput. Seusai aku meliput, aku merasa sangat lelah. Di perjalanan aku pulang ke rumah, aku terbayang-bayang oleh kata-kata Robert. Aku pun menitikkan air mata. Semalaman aku tidak bisa tidur memikirkan Robert. Aku bertanya-tanya di dalam hati. Mengapa bukan diriku yang dicintainya? Seandainya saja dia tahu betapa aku mencintainya. Rasanya aku harus merelakan Robert bersama orang yang dia cintai. Entah siapa orang itu. Tetapi yang jelas dia adalah wanita yang beruntung bisa mendapatkan hati Robert. Tak lama setelah aku memikirkan hal itu, akhirnya aku bisa tertidur lelap.
Keesokan harinya, di lobby kantor aku melihat Robert bersama Sahabat karibku, Sandy. Sandy sedang membawa sekuntum bunga mawar merah dengan sekotak cokelat. Mungkinkah Robert yang memberikan itu semua kepada Sandy? Rasanya sakit sekali hati ini. Begitu pedih, menyakitkan dan menyesakkan hati. Aku langsung pergi ke toilet dan aku menangis. Aku tak tahan melihat dia bersama orang lain. Seandainya saja dia memiliki perasaan yang sama denganku. Aku seharusnya bahagia melihat kedua sahabatku saling jatuh cinta dan menjadi sepasang kekasih. Tetapi hatiku tidak bisa menerima hal itu. Begitu egoiskah diriku? Aku merasa tak mampu lagi melanjutkan pekerjaan di kantor. Aku langsung meminta izin pada koordinator liputan. Saat aku berjalan keluar dari kantor, aku berpapasan dengan Robert. Hatiku semakin tersiksa rasanya. “Prue, kamu kenapa kelihatan pucat begini? Kamu sakit? Aku antar pulang ya!” Kata Robert sambil memegang lenganku. “Tidak usah Bet. Aku diantar mobil kantor kok.” Jawabku. “Oh. Baiklah. Cepat sembuh Prue!” Kata Robert. Aku hanya membalas dengan senyuman. Lalu aku pulang ke rumah.
Sesampai aku dirumah, aku langsung merebahkan diri ditempat tidur. Aku memikirkan tentang Sandy dan Robert. Sepertinya mereka berdua pasangan yang serasi. Aku harus belajar menerima kenyataan pahit ini. Aku harus berbahagia untuk mereka, walaupun hal itu sulit.
Tiga hari kemudian, aku kembali masuk kantor. Tiba-tiba, “Prue, kamu sudah tahu belum, kalau Robert hari ini berhenti bekerja di TV Elang?” Tanya Sandy. “Tidak. Aku tidak mengetahuinya. Kenapa dia berhenti?” Tanyaku. “Dia ditawari kerja oleh Alphabet TV Australia. Dua hari lagi dia akan pindah ke Australia. Enak sekali ya dia.” Kata Sandy dengan nada riang. “Kamu kok senang sekali mendengar pacar kamu pindah?” Tanyaku dengan wajah penasaran dan heran. “Hah? Pacar? Sejak kapan dia menjadi pacarku? Kita kan cuma sahabat, Prue. Kamu tahu itu kan? Dia kan menyukaimu Prue. Memangnya kamu tidak tahu dan tidak merasakannya?” Kata Sandy. “Terus, coklat dan bunga yang tiga hari lalu yang kamu bawa itu dari siapa?” Tanyaku. “Dari Pacarku. Hehehe maaf ya belum cerita soal ini. Pacar datang ke kantor mengantarkan itu semua. Masa sih kamu tidak merasa kalau Robert itu suka sekali kepadamu sejak pertama kali bertemu? Tanya Sandy. “Kamu tahu dari mana?” Tanyaku kembali padanya. “Tentu saja dari Robert! Dia cerita kepadaku kalau dia sangat menyukaimu dari pertama kali bertemu.” Jawab Sandy. “Oh..” kataku singkat. “Ah kau! Jangan pura-pura biasa saja sama Robert. Kamu juga suka sama Robert kan?” Kata Sandy. “Enggak.” Jawabku singkat. “Sudahlah. Aku juga sudah tahu. Kelihatan kok kalau kamu suka sama Robert.” Kata Sandy. “Aku nggak suka sama Robert, tapi aku cinta sama Robert.” Kataku sambil tersenyum malu. “Tuh kan!” Seru Sandy sambil tertawa lebar. Tiba-tiba, “Eh aku dapat telepon dari Robert!” Seruku. “Cepat angkat!” Kata Sandy. “Halo Robert!” Sapaku. “Halo Prue. Hari ini kamu sibuk gak?” Tanya Robert. “Aku tidak sibuk hari ini. Memangnya Kenapa?” Tanyaku Kembali. “Ah tidak. Aku hanya mau mengajakmu makan malam bersamaku di Ritz Carlton jam 8 malam ini.” Jawab Robert. “Oh begitu. Boleh saja.” Kataku “Bagus kalau begitu. Hmm. Sampai ketemu nanti, Prue.” Kata Robert. “Iya!” Kataku. “Dia bilang apa, Prue?” Tanya Sandy. “Dia mengajakku makan malam di Ritz Carlton jam 8 malam ini. Temani aku ya, San!” Jawabku. “Aku hanya mengantarmu saja ya. Kalau ikut menemani makan malam, aku tidak enak. Takut mengganggu.”Kata Sandy. “Iya deh.” Kataku. “Oh iya! Aku hampir saja lupa memberikanmu titipan dari Robert. Robert menitipkan sebuah kotak hadiah untukmu.” Kata Sandy sambil memberikan kotak putih berukuran besar kepadaku. “Kira-kira isinya apa ya?” Tanyaku. “Buka saja kotaknya.” Jawab Sandy. Lalu aku pun membuka kotak tersebut. Dan ternyata isinya adalah gaun malam berwarna hitam yang sangat indah dan mewah. “Wah!! Cantik sekali gaun ini!! Ini gaun impianku.” Kataku. “Iya! Indah sekali. Sangat cocok denganmu, Prue. Robert sepertinya sangat mengenal seleramu Prue.” Kata Sandy.
Malam harinya, aku dan Sandy pergi ke Ritz Carlton. Sesampainya disana, Sandy langsung mengantarkan aku ke restorannya. Di restoran tidak ada orang sama sekali. Hanya ada 2 kursi putih yang diberi pita berwarna merah muda, hiasan hati di dinding-dinding, bunga-bunga dan lilin kecil dipinggiran jalan menuju kursi. Sungguh romantis. “Prue, aku pergi dulu ya. Dah!” Kata Sandy sambil berjalan terburu-buru. “Sandy, tunggu!” Seruku. Tetapi ternyata Sandy sudah tidak ada disitu lagi. Entah kemana. Aku merasa agak sebal dengan Sandy. Kenapa dia harus meninggalkan aku sendirian begini? Tetapi, ya sudahlah. Lalu aku duduk di kursi dan menunggu Robert. Tidak lama kemudian, ada yang memegang bahuku dari belakang. Dan saat aku menoleh kebelakang, ternyata itu Robert. Dia membawa sekuntum mawar merah kepadaku dan memberikannya kepadaku sambil tersenyum. Lalu dia duduk dihadapanku. Dia sangat tampan. Dia mengenakan jas hitam dengan kemeja putih yang kancing atasnya dibuka satu dengan celana bahan hitam dengan sepatu hitam yang mengkilap. “Apa kau sudah sehat?” Tanya Robert. “Iya. Aku sudah merasa baikkan. Omong-omong, terima kasih banyak sudah memberikanku gaun ini dan mengundangku makan malam.” Kataku. “Hahaha. Tidak perlu bilang terima kasih. Hehehe.” Kata Robert sambil tersenyum. “Aku dengar lusa kamu akan pergi ke Australia. Selamat ya atas pekerjaan barumu.” Kataku. “Terima Kasih Prue.”
Kemudian kami pun melanjutkan percakapan kami sambil menyantap hidangan makan malam yang sangat lezat. “Bagaimana makanannya? Kamu suka tidak?” Tanya Robert. “Iya. Makanannya sangat lezat.” Jawabku. “Oh iya! Aku hampir saja lupa! Prue, kamu masih ingat soal wanita yang aku cintai? Kamu mau tahu tidak, siapa dia?” Tanya Robert. “Iya! Tentu saja aku mau tahu siapa dia.” Jawabku. “Hmm. Aku beritahu dulu ciri-cirinya. Dia seorang wanita yang cantik, berkulit putih, tinggi badannya sebahuku, rambutnya baru saja dicat warna cokelat.” Kata Robert. Aku merasa sepertinya orang yang dimaksudkan adalah diriku. Tetapi aku tidak mau terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa itu aku. Bisa saja itu orang lain. “Hmm. Tidak tahu. Dia siapa?” Tanyaku. “Dia itu kamu Prue. Masa kamu tidak sadar kalau ciri-ciri yang aku sebutkan itu kamu?” Kata Robert. “Apa? Kamu bercanda ya?” Tanyaku dengan muka bingung dan penasaran. Sebetulnya saat itu aku merasa sangat senang. Tetapi, aku menyembunyikan perasaan itu karena aku malu. “Aku serius Prue. Sejak pertama kali kita bertemu, aku sudah jatuh cinta padamu. Setiap kali kau bersamaku, aku merasa sangat tenang dan nyaman. Hatiku selalu berdegup kencang disaat aku bersama dirimu. Aku selalu merasa senang dan ingin tersenyum tanpa alasan disaat ada dirimu, Prue. Hanya kamu yang membuatku merasa seperti itu. Aku sempat bingung dengan apa yang aku rasakan. Tetapi, akhirnya aku mengerti apa yang aku rasakan. Yang aku rasakan adalah cinta. Prue, aku sangat mencintaimu. Aku terlalu mencintaimu.” Kata Robert sambil menggengam tanganku dengan kedua tangannya. Dia menggenggam tanganku dengan sangat erat. Matanya berkaca-kaca. Aku tidak tahu harus berkata apa. Aku hanya bisa menitikkan air mata dan tersenyum. Aku merasa sangat bahagia. “Aku tak akan bisa dengan tenang pergi ke Australia sebelum aku mengatakan hal ini kepadamu, Prue. Maukah kamu menikah denganku?” Ajak Robert sambil mengeluarkan sebuah kotak cincin. Entah apa yang membuat mulutku tak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Aku hanya bisa tersenyum dan menangis bahagia. Aku bingung apa yang harus aku lakukan. “Maukah kamu menikah denganku, Prue? Maukah kamu menunggu satu tahun saja? Tahun depan aku akan kembali ke Jakarta dan aku akan menikahimu.” Kata Robert sambil menitikan air mata. Sepertinya dia tak kuasa menahan air mata. “Iya Robert. Aku mau. Aku mau asalkan kamu juga akan setia menunggu untuk menikah denganku.” Jawabku sambil tersenyum. “Terima Kasih Prue. Aku berjanji, aku akan tetap setia mencintaimu.” Kata Robert. Lalu Robert berdiri dari kursinya dan ia mengulurkan tangannya sebagai tanda agar aku berdiri. Ia memasangkan cincin itu pada jari manis tangan kiriku. Lalu Robert memelukku dengan erat sambil berkata, “Aku tidak akan melepaskan cintamu, Prue. Selamanya akan aku jaga cinta ini.” Aku pun tersenyum.
Setahun kemudian Robert pun kembali ke Jakarta. Dia benar-benar menepati janjinya. Dia melamarku kembali di Kantorku dan dihadapan orang tuaku. Akhirnya kami pun menikah. Aku merasa sangat bahagia dan sangat beruntung bisa menemukan pasangan sehidup semati seperti Robert. Setelah kami menikah, kami pun pindah ke Australia dan bekerja sebagai reporter disana. Kami hidup bahagia bersama. Terima kasih Robert atas cinta setiamu yang kau berikan kepadaku. Kamulah cinta pertama dan terakhirku. Akan aku jaga cinta ini selamanya. Aku akan selalu mencintaimu.

Jumat, 30 Juli 2010

Guese who is the guy beside me!


Hahah i just took the photo with a guy beside me! he's more handsome than the photos! Can't you guese who is he??

So sorry about these days


Hello guys! I'm so sorry that i'm not able to blogging these days. I was very busy because of preparing National Exams and also Scholarship. I'm very exhausted cause of it all. But i won't give up till i got what i want. Please pray for me! God bless you all the time! :D

Sabtu, 27 Maret 2010

Rabu, 06 Januari 2010

i look like a model


hahahhahaha i dont know what i have to say.... i really like my pics!!